Sakit. Ya sakit itu perasaan umum yang kita rasakan saat
pria atau wanita yang kita sukai dan kita idam-idamkan ‘diambil’ orang. Lebih
pedih lagi jika kita telah berusaha mempersiapkan segalanya, sampai seakan
pernikahan sudah di depan mata, ternyata berakhir dengan kegagalan.Berlepas
dari usaha yang dilakukan itu halal ataupun haram, intinya adalah salah satu
dari pasangan kekasih atau dua-duanya telah mengusahakannya.
Tidak usah membicarakan yang jauh terlebih dahulu. Kita ambil pelajaran dari teman-teman kita yang berpacaran. Tidak jarang teman-teman yang berpacaran itu melihat satu sama lain bahwa di masa depan meraka akan tetap hidup bersama (baca: menikah). Maka banyak aktivitas keseharian yang dilakukan selama berpacaran sudah seperti ketika mereka sudah benar-benar menikah.
Awalnya memang baik-baik saja. Seiring berjalannya waktu
timbul masalah lalu putus. Ya tabiat pacaran kan memang demikian, relatif mudah
putus, kadang juga relatif mudah sambung. Tidak usah heran karena memang saat
orang berpacaran tidak ada filosofi fundamental yang bisa dijadikan pondasi
kelanggengan hubungan ‘asmara’ tersebut.
Kalau putus yang benar-benar putus sih sebenarnya cenderung
ringan. Adakalanya ketika sudah putus, ternyata masih ada cinta yang
menggelora. Masih ada hasrat untuk bisa melanjutkan hubungan asmara yang pernah
terjalin bersama sang ke kasih. Tanpa di sangka-sangka, di tengah periode putus
itu datanglah pria/wanita kepada mantan kekasih kita. Tidak lain tidak bukan
ternyata pria/ wanita (bisa pacarnya yang dulu, orang baru, malah teman dekat
kita) kemudian melamarnya dan menikahinya. Duh… hancur… hancur hati dibuatnya.
But it’s oke, Life must going on. Sedih itu wajar, tetapi
bersedih berlebihan itu hanya akan merugikan diri kita sendiri. Sudah lah
ikhlaskan saja. Makna ikhlas disini bukan lantas kita berpikir, “Ah…
pria/wanita yang lain juga masih banyak”. Namun kita kembalikan pada iman
kepada Qadha dan Qadar. Kita juga perbaiki iman kita kepada Allah Yang
Mahapengatur lagi Mahamengetahui.
Allah yang mengetahui yang pria/wanita yang paling baik
menjadi teman hidup kita. Boleh jadi kita menikah dengan wanita yang kita pilih
semata-mata dengan pilihan kita sendiri, ternyata di masa depan dia justru
menjadi muara penderitaan kita di dunia dan akhirat. Ingatlah Allah subhanahu
wata’ala berfirman, “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik
bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk
bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (QS. Al Baqarah: 216).
Ikhlaskan… ikhlaskan. Pasrahkan kepada Allah semuanya.
Biarkan orang lain ‘mengambil’ kekasih hati kita. Toh kalau jodoh dia tidak
akan kemana. Jodoh kita juga tidak akan tertukar apa lagi meleset dari apa yang
telah ditulis Allah subhanahu wata’ala. Ambilah ibroh dari beberapa kisah cinta
berikut:
Kisahcinta abadi nabi Yusuf alaihi salam dengan Zulaikhah.
Saya yakin sudah banyak yang mengetahui kisah cinta yang
agung ini. Sebagaimana yang kita tahu dari yang dikisahkan dalam Al Qur’an
bahwa sosok Nabi alaihi salam adalah pemuda yang Allah berikan kepadanya
ketampanan, kebaikan Akhlaq, dan banyak kesempurnaan lahiriah juga batiniah
lainnya. Sampai pada kisah Zulaikah yang tergoda dengan Nabi Yusuf alaihi salam
lalu memaksa Nabi Yusuf alaihi salam untuk melakukan perbuatan maksiat
(berzina). Nabi Yusuf alaihi salam pun sebenarnya telah tergoda mengikuti
ajakan Zulaikha. Namun dengan pertolongan Allah subhanahu wata’ala Nabi Yusuf
alaihi salam bisa lulus dari cobaan tersebut.
Pada tafsir Ibnu Katsir disebutkan bahwa pada akhirnya
setelah Zulaikah bercerai dengan suaminya, kemudian Nabi Yusuf alaihi salam
menikahinya. Zulaikha telah bercerai dengan suaminya. Akhirnya Zulaikah bisa
memiliki kekasih pujaan hatinya dengan cara yang lebih baik dan berkah. Tidak
seperti pada kisah awalnya dimana Zulaikah ingin secara paksa dan melalui jalan
yang buruk (zina) untuk memiliki Nabi Yusuf alaihi salam. Allah berikan jalan
yang lebih baik, yakni melalui pernikahan. Ya tidak perlu kita memaksakan diri
atau orang lain, bila emang dia jodoh kita, pasti kembali kepada kita.
Kisah Ummu Salamah Radhiyallahu’anha. Ummu salamah memiliki
suami bernama Abu Salamah. Setelah sekianlama berumah tangga, pada suatu hari
kekasih pujaan hatinya, Abu Salamah, meninggal dunia. Kita tentunya sudah paham
bagaimana dinamika perasaan saat kita mendapatkan musibah seperti yang dialami
Ummu Salamah radiyallahu’anha di atas.
Hanya saja Ummu Salamah tidak larut dalam kesedihan yang
terlalu dalam, Ummu Salamah ingat bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam
bersabda, “Tiadalah seorang muslim yang ditimpa musibah lalu membaca:
‘Innalillahi wa inna ilahi raaji’uun’, dan mengucapkan, ‘Allahuma’jurnii
fiimushiibatii wakhluflii khoiron minhaa (Ya Allah berilah aku pahala dalam
musibahku ini dan gantilah buatku dengan yang lebih baik daripada musibah
ini)’, melainkan dia akan diberi ganti oleh Allah (HR. Ahmad). Ummu Salamah
lalu membaca doa yang Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam telah ajarkan.
Luar biasa, Ummu Salamah kemudian berkata, “Ketika Abu Salamah meninggal dunia,
aku membaca doa seperti yang diperintahkan Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam.
Maka Allah memberi ganti yang lebih baik dari Abu Salamah, yakni Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wa salam.
Pada kisah ini, perhatikan sikap ikhlash Ummu Salamah radhiyallahu’anha
dan keimanannya kepada segala tuntunan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam
dalam menghadapi musibah kehilangan kekasih hatinya. Luar biasa sekali, Allah
subhanahu wata’ala bayar tunai serta dengan ganti yang lebih baik. Ya
singkatnya, bila kita mendapat musibah ditinggal ke kasih hati kita, santai
saja. Ikutilah ‘rumus’ yang telah di ajarkan Ummu Salamah radhiyallahu’anha di
atas. Semoga diridhoi oleh Allah subhanahu wata’ala, mendapat pahala dariNya,
sekaligus dapat ganti yang lebih baik.
Kisah cinta kontemporer antara tokoh Khairul ‘Azzam dengan
Anna Althofunnisa pada novel “Ketika Cinta Bertasbih” karya Kang Abik. Ya kisah
ini kisah tambahan untuk menambah keimanan kita tentang kuatnya qadarullah
(takdir Allah subhanahu wata’ala)mengatur perjodohan hamba-hambaNya.
Pada awal novel kita belum tahu bahwa Khoirul Azzam kelak
ternyata jodohnya adalah Anna Althofunnisa. Bahkan yang kita tahu Anna menikah
dengan tokoh Furqon. Kita juga tidak pernah tahu pada setelah Anna menikah
dengan Furqon, ternyata Furqon belum pernah bisa sekalipun ‘menyentuh’ Anna.
Ada berbagai qadarullah yang mengatur semuanya. Sampai pada akhirnya Anna
bercerai dengan Furqon. Setelah bercerai dengan Furqon takdir Allah
mempertemukan dengan Khoirul Azzam, sosok pemuda yang menolong Anna saat Anna
dahulu kehilangan kitab-kitab kuliahnya, lalu menikah dengannya.
Ya sekali lagi, kalau memang bukan jatahnya, mau pusing
dipikir bagaimana kita membuat skenarionya, kita juga tidak akan bisa merubah
tinta takdir yang telah tertulis di Lauhil Mahfudz. Allah subhanahu wata’ala
telah mengatur semuanya.
Akhirya, kala kekasih pujaan hati diambil orang ataupun akan
diambil orang, ya biasa-biasa saja dan tenang. Kita berusahalah lagi. Kerjakan
hal-hal yang produktif dengan sungguh-sungguh agar segera menemukan ‘jodoh
asli’ kita. Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda, ”Bersungguh-sungguh
dalam menuntut apa yang bermanfaat bagimu dan mohonlah pertolongan kepada Allah
(dalam segala urusanmu) serta janganlah sekali-kali kamu bersikap lemah.
Apabila kamu tertimpa suatu kegagalan, janganlah kamu berkata, ‘Seandainya aku
berbuat demikian, tentu tidak akan begini dan begitu’, tetapi katakanlah,
‘Qaddarallahu wamaa sya- a fa’ala’ (Ini telah ditakdirkan Allah dan Allah
berbuat apa yang Dia kehendaki), karena ucapan ‘seandainya’ akan membuka
(pintu) perbuatan syetan” (HR.Muslim).
Ingat juga untuk mengistikharohkannya kepada Allah subhanahu
wata’ala. Kita musyawarahkan kepadaNya Yang Mahatahu apa-apa yang telah
terjadi, yang sedang terjadi, dan apa yang akan terjadi di masa yang akan
datang. Kita munajat meminta petunjuk kepadanya (pada semua urusan, tidak cuma
masalah jodoh saja) melalui shalat istikharoh agar apa-apa yang terbaik
dimudahkan kita untuk mendapatkannya serta memberi berkah. Sedangkan jika itu
adalah keburukan maka Allah hindarkan dan menuntun kita kepada yang lebih baik.
Pas sudah dapat terus kita dapati
kekurangan-kekurangan pada jodoh kita, bersabarlah. Tidak ada manusia yang
sempurna. Pasti ia memiliki kekurangan, pasti dia juga memiliki
kebaikan-kebaikan. Ingatlah Allah subhanahu wata’ala berfirman, “Dan bergaullah
dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka
bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah
menjadikan padanya kebaikan yang banyak” (QS. An Nisaa: 19). Semoga bermanfaat.
Wallahu a’lam bishshawab